Rabu, 01 Januari 2014

So Sad

Aku baru tahu, rasanya sesakit ini. Aku baru kali ini menangis sampai muntah. Aku pun tak tahu mengapa hal itu bisa sampai terjadi. Yang aku tahu, aku menangis tersedu-sedu hingga pilekku makin parah, hidungku berair, mataku berair dan rasanya seperti akan mencair.
Tetapi, dibalik semua derita itu, hanya hatiku yang kurasa paling merasa sakit. Aku merasa mataku, hidungku dan bahkan kepalaku pun sakit. Tetapi, semua itu tak seberapa dengan hatiku yang terasa teriris sembilu.

Mama marah. Iya, Mama marah. Aku jarang melihatnya marah belakangan ini. Hanya saja kali ini, Mama marah dan tak berada didekatku. Aku ingin menjelaskan semuanya, tetapi aku harus berkata apa. Apakah aku harus menelponnya? Aku tak punya cukup keberanian bahkan hati yang kokoh untuk tak menangis ketika berbicara.
Kadang aku berpikir buruk mengenai siapa aku ini sebenarnya. Apakah aku adalah anak tiri? Apakah anak pungut? Tetapi, Mama begitu baik. Haruskah aku berpikir seburuk itu? Kadang aku rela pulang hanya untuk bertemu Mama. Tetapi, kesalahpahaman ini begitu menyakitkan. Haruskah marah padaku tanpa mendengarkan penjelasanku. Akupun ingin bertemu, rindu rasanya. Mengapa semudah itu menarik kesimpulan tentangku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar